Selasa, 27 September 2016

Di Hatiku Cintaku Besar. Itu Saja.


26 September 2016

DEGG… lagi-lagi hatiku ikut terkejut. Matanya memandangku dengan tulus dan tajam. Tanggan kanannya menggenggam tangan kiriku dengan lembut.

“kecil kali tangannya~” lagi-lagi dia mengoceh.

“iyalah, kan tangan perempuan” jawabku lantang. Entah sudah berapa lama kami mengobrol bersebelahan.

Perut sudah berhenti berbunyi, tapi jam masih saja terus berjalan.

“nanti cincin ini aku ganti ya sayang” katanya tiba-tiba dengan suara melembut “sabar ya…” lanjutnya sambil memainkan cincin pemberian ibu di jari manisku.

“aku sayang kamu, makasih udah jadi penyemangat, dan jadi tujuanku kelak” katanya lagi, dengan genggaman yang semakin erat.

Senyumku mengembang, melihatnya setulus ini membuatku yakin, bahwa aku telah jatuh di hati yang tepat.

….

Selamat satu bulan yang PERTAMA sayang.

Aku heran tapi senang, satu bulan tanpa perkelahian. Haha. Sudah begitu mengerti membuka diri, dan saling percaya. Sudah mengenalkan dirimu yang bahkan orang lain tidak tau aku merasa tersanjung.

Jangan bosan bilang atau denger  “aku sayang kamu”  di setiap hari yang menjadi “jangan lupa ya (kalau aku sayang kamu)”.

Tetaplah jadi lelaki baik, jaga aku selalu, ingatin aku hal-hal baik, tunggu aku sampai kamu benar-benar utuh menjadi milikku, maaf aku tidak bisa lebih dari ini, tapi yakinlah di hatiku cintaku besar. Itu saja.

dan... aku sayang kamu.

27082016-27092016

Memeluknya Pun Aku Tidak Mampu


19 September 2016

Aku bisa apa ? Memeluknya pun aku tidak mampu.

Matanya lurus kedepan. Sesekali melirik spion kiri menatapku lalu tersenyum. Kami bertengkar dengan gerimis yang dari pagi tidak mau mengalah. Aku tau dia sudah mulai menggigil. Berjam-jam di luar sampai malam, bolak-balik mengurus laporan. Hanya demi sebuah tanda tangan.

“Dingin ya ? sabar ya sayang…” hanya kalimat itu yang bisa aku lontarkan dari belakang. Dan lagi-lagi dia kembali tersenyum.

Ku hangatkan telapak tanganku yang juga kedinginan, dan mengusapkan ke punggungnya. Berharap bisa sedikit mengurangi hawa dingin malam. Dan dia tertawa.

….

Rumah itu tidak pernah sepi dari pagi, puluhan mahasiswa berkelompok tampaknya mulai kesal, dan beranjak pulang.

“Aku pulang dulu ambil jaket ya “tegasnya sambil memutar motor.

Rumahnya dekat, jadi ku iyakan. “hati-hati” jawabku singkat.

….

09.30 PM

“kalau jam 10.00 PM ibu gak keluar juga, kita pulang” tegas temanku yang sudah mulai emosi.

Ya, kami menunggu dosen kawan ! dengan perut kosong dan kedinginan, duduk di teras depan.

“ada jaket di dalam” kata si dia. Menunjuk tas ransel hitamnya.

Dengan sedikit bingung aku membuka tas dan menemukan jaket lain. Ternyata dia membawakan jaket untukku.

“iihh, kok ada buat aku juga” tanggapku spontan.

“iya, pakek aja buat ntar pulang” jawabnya.

Ya, dia baik. Sangaaaat baik.


Dan hari itu kami pulang masih tetap tanpa tanda tangan. Sial !
 

I'm a Glasses Girl Template by Ipietoon Cute Blog Design and Homestay Bukit Gambang