Bahkan setelah sekian lama, kau masih saja terus
sembunyi-sembunyi.
Lihat kan? Batasan-batasan yang kau ucapkan di mulut
itu hanyalah cara yang kau pakai agar kau terlihat berhenti di mata
orang-orang, di mataku (mungkin).
Namun nyatanya? Kau masih peduli. Masih selalu
peduli.
Masih membaca tulisannya, masih menerka-nerka
keadaannya, masih khawatir ketika tahu ia sedang dalam kondisi tidak baik. Dan
yang lebih munafiknya lagi adalah, kau masih diam-diam mencari lubang di mana kau
bisa merangkak kembali ke dalam hatinya.
Berhentilah.
Hidupnya sudah bukan tentangmu, bahkan lagu-lagu yang
ia putar selalu tak membayangkan sosokmu. Ia sudah bahagia. Sungguh ! Sangat
bahagia.
Terserah jika masih selalu diam-diam memperhatikan.
Tak apa, itu Hak mu. Tapi jika kau mencoba mencari celah untuk kembali. Maaf. Jikapun
ia tidak bahagia, dia tidak akan pernah menoleh dan kembali.
(Yang aku tulis bukan tentang apa yang aku rasa.
Karna aku masih terus belajar menulis tanpa berpatok dengan suasana hati. Jadi
jelasnya ini fiksi. Mengarang itu susah kawan. Tolong hargai )
Note : beberapa hari lalu saat bertemu dengan salah
seorang adik leting, dia tiba-tiba Tanya “kak, kok udah jarang nulis lagi ?”
lalu aku jawab “sedang mempersiapkan naskah untuk lomba, jadi belum sempat
nulis” dan tulisan ini khusus buat adik leting yang cantik itu~
0 komentar:
Posting Komentar