Di balik suatu temu ada rahasia
semesta dalam andil menyatukan kita. Tapi untuk menjadi satu, ada dua yang
harus melebur dari kekerasan hati yang masih belum mau membaur. Di situlah kita
terbentur dengan kemauan kita yang masih simpang siur melewati batas suatu
jalur. Tak ada garis yang bisa mendamaikan inginku dan inginmu.
Entah siapa
yang terlalu meninggi dengan ego tanpa memikirkan nasib hati. Dan entah siapa
korban di balik berakhirnya cerita ini?
Di satu sisi, ada kamu dan
ketetapanmu. Ingin jadikan kita yang tak hanya cerita biasa, namun cerita
sepanjang masa. Di sisi lain, ada aku, juga dengan ketetapanku. Membiarkan
diriku ikuti alur, sebuah arus rasa yang tak menentu ke mana hendak menuju.
Mulanya, kita sejalan, kita tahu ke
mana langkah kaki mengarah. Beberapa persimpangan dilewati, tak jarang
mengorbankan ego hati. Dan kini, sampailah kita pada titik ini. Persimpangan
yang lain, tanda tanya besar yang lain.
Seperti sudah lelah mengalah, kita
tak mampu bersepakat untuk memilih arah. Kita seperti harus memilih jalan
tengah, dan aku memutuskan : berpisah. dan kita tak lagi sedang membawa
kecocokan yang pernah dibanggakan. Kesamaan-kesamaan yang pernah ada ternyata
tak bisa untuk saling beriringan bersama. Ada yang berbeda dari kita, lalu
entah siapa yang sudah menyadarinya sejak lama.
Semula, aku tahu kita tak pernah
membayangkan akan sampai di titik ini. Ketika cinta terlampau besar untuk kutinggalkan,
namun terlampau kecil untuk terlihat di antara jauhnya jarak. Entah siapa yang
salah, aku ataukah kamu? Atau kita hanya bosan bermain-main di hati yang
itu-itu saja?
Nanti ada masanya dimana kita lelah
mencari dan Tuhan mendatangkan objek pengisi hati lagi. Lalu sedialah
masing-masing hati untuk bahagia kembali. Mungkin dengan cara ini, kita diberi
jeda berlatih diri dan menghentikan letih hati sambil mendewasakan perasaan.
Hingga tibalah bahagia yang akan kita jaga saat berperang melawan kecewa.
Selamat pergi, hatiku. Selamat menyembuhkan hati, kamu. Percayalah, bahagia itu
ada meski dengan atau tanpa kita.
Kamu pernah menjadi tujuan akhir
yang ternyata harus diakhiri. Kamu pernah menjadi penghapus luka yang akhirnya
mencipta duka. Kuberdoa pada semesta, agar ini hanya jalan dariNya menuju
bahagia; bukan hanya sebuah rencana yang tak berakhir dengan semestinya.
Selepas habis tangis ini, Tuhan,
mohon ajarkan aku memberi cinta dengan bijaksana.
Baik-baiklah disana, kalau takdir
kita tidak berakhir di garis yang sama, pastikan kenangan telah kau abadikan
dalam cawan ketidakabadian.
Terimakasih A telah mau mengerti atas segala keadaan
hati. semoga kita bukan menjadi kesempatan yang terlewatkan.