Harus menyalahkan organ yang mana jika hati terus saja
jatuh kepada siapa-siapa, dengan mudahnya tersipu malu dan langsung mengira
bahwa itu cinta.
Lelah sudah mengalami suka tanpa balas, mengejar
tanpa dapat, dan melupakan dengan sakit.
Berapa kali sudah ku sombongkan hati dan menutup siapa
yang menurutku tidak pantas, berapa kali sudah ku tinggikan hati untuk mencari
yang sempurna, berapa kali sudah ku menolak hati yang bahkan belum sempat
membuktikan cintanya.
Lalu kali ini yang datang apa ? segala kebalikan
yang sudah ku sombongkan ?
Lalu rasa ini apa ? batas yang sudah terlewat sebab
sebuah keangkuhan ?
Kenapa pertahanan rasa bisa pecah padahal baru
beberapa hari !
Dia..
Yang setiap aku datang dengan tulusnya tesungging
sebuah senyuman, setiap kali ku datang selalu saja ada kalimat yang
terlontarkan
Semua gerak gerik yang ku kira biasa, ternyata
baginya lebih dari luar biasa.
Lelaki yang berani mengakhiri suka dengan sebuah
perkenalan, yang bercerita jujur dengan sebuah kepolosan, melakukan apapun
dengan kemandirian.
Kenapa kamu memilihku ? kenapa harus aku yang
mencuri hatimu, padahal katamu banyak di lingkungan situ yang menyukaimu.
Tadi…
Ku beranikan diri datang tanpa kabar, seperti biasa
senyum tulus yang membuat tanganku gemetaran, memanggil namaku karna kita telah
kenalan, menanyakan hal dengan akrabnya, sedikit salah tingkah yang membuatku
tersenyum geli sendiri.
Dan berakhir dengan sebuah hati-hati.
Angga, aku belum berani menuliskan kisah lebih jauh,
aku juga tidak berani mengendalikan hati lagi, aku hanya ingin mengikuti alur
dimana ini akan berakhir, akan kusingkirkan ego dan pikiran jika itu harus
kulakukan.
Senang telah mengenalmu, kepolosanmu, segala tentang
duniamu yang membuatku mulai penasaran.